Beberapa bulan yang lalu saya mendapat pelatihan mengenai jiwa besar. Saya menilai sikap jiwa besar adalah sikap yang harus dipunyai oleh semua orang. Bukankah ada orang-orang yang mensyaratkan pasangannya mempunyai sikap ini? Berarti jiwa besar itu diperlukan. Namun sayangnya sebagian orang belum tahu betul apa arti jiwa besar bahkan orang yang mensyaratkan pasangannya berjiwa besar belum tentu mengerti arti jiwa besar. Oleh sebab itu, yuk kita bahas apa itu Jiwa Besar terlebih dahulu.
Tidak ada kata yang pasti mengenai Jiwa Besar. Ini adalah kata yang merupakan suatu ungkapan, bukan berarti jiwa yang berukuran besar. Namun Jiwa Besar disini menggambarkan kondisi jiwa yang dapat menerima segala sesuatu yang terjadi pada dirinya dengan selalu kelihatan optimis. Ya, jiwa besar terlihat sebagai sesuatu yang optimis dan tetap tersenyum, selalu ceria dalam keadaan apapun meskipun itu sedang tidak mengenakkan. Bisa jadi Jiwa Besar juga menggambarkan keadaan jiwa yang dapat dengan lapang dada, ikhlas terhada sesuatu yang telah terjadi. Saya mendapatkan pengertian bahwa Jiwa Besar adalah sesuatu yang harus dilatih mengingat sifat manusia yang cenderung menginginkan sesuatu sesuai dengan pikiran dan imajinasinya. Lalu permasalahannya bagaimana jika manusia masuk kedalam situasi yang tidak sesuai dengan pemikiran dan imajinasinya? Disinilah perlunya Jiwa Besar dan jiwa besar itu harus terus dilatih.
Saya mendapat pelatihan Jiwa Besar pada salah satu lembaga training spiritual. Pada training tersebut untuk melatih Jiwa Besar diberikan ilustrasi sebagai berikut :
Ada seorang anak yang bertanya kepada ayahnya. Mengapa Ayah selalu tersenyum dan tampak sekali berjiwa besar? Dengan senyuman khasnya sang ayah memberikan gambaran kepada anaknya. Sang ayah bertanya, coba kamu berjalan seharian ini. berkelilinglah ke pelosok desa dengan berjalan kaki. Ayah pesan padamu, setiap ada orang yang membuatmu kesal, membuat kesalahan padamu ambilah sebuah batu dan kamu bawa pulang. Itulah pesan si Ayah. Akhirnya si anak menuruti perintah ayahnya. Berjalanlah ia menyusuri desa dengan berjalan kaki. Ketika sedang berjalan begitu banyak masalah yang ia hadapi. Ada beberapa orang yang membuatnya jengkel dengan perilakunya, lalu ia ingat akan perintah si Ayah maka diambilah sebuah batu dan dimasukkan ke kantongnya. Begitu seterusnya yang terjadi, apabila ada yang membuatnya jengkel ia akan mengambil sebuah batu dan dimasukkan kedalam kantongnya. Tanpa terasa malam telah datang, sang anakpun bergegas pulang. Namun dalam perjalanan pulangnya itu ia merasa langkahnya kian berat. Tidak seperti saat berangkat. Kenapa pasal? Ternyata kantung si anak tadi penuh dengan batu-batu yang ia ambil tadi. Batu itulah yang membuat beban beratnya makin bertambah dan susah untuk berjalan. Sesampainya dirumah, ia bercerita kepada sang Ayah apa yang terjadi pada dirinya. Sang Ayah tersenyum. Lalu mulai memberikan nasihatnya. Sang Ayah berkata, begitulah nak, jika engkau terus memikul beban atas kesalahan orang lain yang telah diberikan pada kita. Bila kita terus mengingat kesalahan orang lain dan membawanya pada kehidupan kita, langkahmu akan terasa sangat berat, jalanmu lambat karena terpenjara oleh kesalahan orang lain. Batu ini baru hanya satu hari sudah membuatmu berat melangkah, bagaimana jika sebulan? satu tahun? berapa banyak batu yang akan kamu simpan dan membuat langkahmu kian berat?. Si Anak merenung. Oh iya juga ya. Sang ayah berkata lebih lanjut. Nah mulai sekarang, jika ada seseorang yang berbuat salah padamu maka langsung maafkan. Ini berarti kamu tidak membawa batu dalam hidupmu tetapi kamu membawa sayap yang dapat meringankan langkahmu di perjalanan hidupmu.
Ilustrasi tadi mampu menggambarkan bagaimana banyak manusia yang terperangkap oleh kesalahan-kesalahan orang lain. Mari kita buang batu-batu tersebut dan membawa sayap yang membuat kita ringan diperjalanan hidup. Ini salah satu sikap Jiwa Besar, memaafkan kesalahan orang lain. Begitu Indah bukan? Kita dapat selalu tersenyum walaupun sedang menghadapi masalah hidup. Maka selanjutnya hidupmu akan selalu optimist.
Semoga Bermanfaat.
No comments:
Post a Comment