Thursday, September 29, 2011

Kain Kusut

Saya sempat tertarik melihat sebuah kain yang telah kusut. Sala satu yang saya lihat yaitu kain sarung yang biasa digunakan untuk Sholat. Sempat saya gunakan kain tersebut untuk bersembahyang Isya lalu saya tetap memakainya ketika bernjak tidur dan akhirnya saya tidur dengan memakai sarung itu. Ketika bangun dipagi hari saya melihat kain tersebut kusut. Sejenak saya terdiam karena pakaian yang biasa saya gunakan untuk bersembahyang kini kusut. Bersembahyang adalah kegiatan berkomunikasi dengan Tuhan dan saya memakai kain sarung tersebut untuk menyembah Tuhan dan kini kain tersebut kusut. 
Adakah hubungan kain kusut dengan kehidupan kita sekarang? Ya, tentu ada. Kita dapat mengambil hikmah dari hal-hal atau kejadian kecil yang ada disekitar kita. Inilah bukti Tuhan memperhatikan kita para ciptaannya sehingga Dia memberikan pelajaran manusia setiap saat. Coba kita renungkan kehidupan ini, kita pada awalnya adalah makhluk yang suci yang keluar dari rahim ibu. Mungil, kecil, lemah, tak berdaya, itulah kita pada awalnya. kita yang pada saat itu masih suci hanya bisa menangis. Hampir sama dengan sebuah kain sarung yang baru dimana terlihat sangat rapi, mulus, licin dan wangi serta mempesona mata kita. Seiring beranjaknya usia, manusia mulai tumbuh dan menjalani kehidupannya di dunia. Kain sarungpun demikian, berjalannya waktu kain sarung menemani manusia untuk bersembahyang. 
Apa yang menyebabkan kain itu kusut? Kain tersebut kusut karena saya memakainya tidak sesuai dengan fungsinya. Saya pakai ketika tidur, sebenarnya ini bukanlah hal yang salah. Namun bila lebih diteliti lagi sepantasnya kain sarung dipergunakan untuk sembahyang, bukan untuk tidur. Kembali kepada manusia, layaknya sebuah kain sarung, mausiapun sama. Bagaimana jika manusia melakukan hal yang tidak sesuai dengan fungsi awalnya? Tentu saja akan kusut juga. Awalnya manusia yang suci tersebut seiring berjalannya waktu akan melakukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan itulah meninggalkan potensi kekusutan pada diri manusia. Semakin banyak kesalahan, maka akan semakin kusut manusia tersebut. 
Lalu bagaimana jika sudah kusut? Inilah fungsi dari "setrika". Kain yang kusut dapat menjadi rapi dan licin kembali bila kita menyetrikanya. Bila setrika untuk melicinkan kain kusut tersebut dibuat oleh manusia, lalu bagaimana untuk "menyetrika" kusutnya manusia? Tuhan sekali lagi dengan Rahmat dan Kasih SayangNya telah menyediakan "setrika" tersebut. Inilah yang disebut Taubat, kembali kepada fitrah. Taubat yang sebenar-benarnya adalah setrika untuk menlicinkan kembali manusia. Bukankah manusia diperintahkan untuk tidak berputus asa mencari Rahmat Tuhan? Maka sekusut apapun manusia bisa disetrika (taubat) untuk menjadi licin kembali layaknya kain yang kusut yang telah disetrika.

Tanyakan kepada diri kita masing-masing. Sudah sekusut apakah hati kita? 


Follow twitter saya di : @dimas_up 

No comments:

Post a Comment