Tuesday, February 28, 2012

Kehidupan yang Keruh

Hari ini aktifitas saya dimulai dengan gangguan di angkutan kereta api yang disebabkan oleh adanya tragedi kebakaran kios di Stasiun Bojong Gede. Hal ini mengakibatkan diputusnya aliran arus atas yang merupakan urat nadi dari jalannya kereta api. Gangguan ini jelas membuat keterlambatan jadwal kereta api sehingga terjadi penumpukan penumpang. Seperti biasa terjadilah desak-desakan di dalam kereta. Seperti biasa juga terjadi keluh mengeluh diantara pengguna jasa kereta. 

Keluhan itu tidak lain tentang keterlambatan kereta, keterlambatan waktu sehingga terlambat pula masuk kantor. Ada juga yang mengeluhkan kereta yang penuh sesak, ada pula yang mengeluhkan jebolnya kereta sehingga pengguna kereta ekonomi pun dapat naik. Sekilas saya teringat sewaktu masih kuliah dulu, dimana saya juga nakal kadang membeli tiket ekonomi tetapi naik kereta AC. Hehehe

Baik, saya tidak akan membahas mengenai ulah kenakalan saya itu, tetapi saya akan membahas tentang sikap mengeluhkan suatu keadaan yang tentu saja ini sebenarnya termasuk penyakit hati. Ya, inilah yang membuat hidup kian keruh yaitu sifat mengeluh.

Dulu, saya seorang pengeluh. Mengeluh setiap kejadian yang tidak sesuai dengan perkiraan saya. Tanpa saya sadari bahwa sifat mengeluh itu mengantarkan saya kepada sifat MA (Master of Alasan). Tanpa saya sadari juga sifat mengeluh itu merugikan saya karena kehidupan saya kian mundur. Mengeluh adalah sifat dimana kita tidak bisa menghadirkan solusi di dalam diri. Bila tidak ada solusi, bisa jadi kehidupan akan terhenti berkembang. Bila sudah berhenti berkembang, kehidupan tidak akan jernih dan menjadi keruh. Ini saya alami sendiri, kehidupan yang keruh sungguh tidak mengenakan. Jadi, saya menghimbau jauhilah sikap mengeluh, galilah suatu solusi yang membuat pengeluhan tidak datang. Karena ketika kita mengeluh, kehidupan akan menjadi keruh :)

No comments:

Post a Comment